Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi. Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan menurun.” Majnun menolak, “
"Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.” Para tabib pun bingung, dan bertanya: “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri, Tidak takut menjadi mangsa macan atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”
Majnun menjawab: “Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun. Lalu, apa yang kau takuti?” Majnun menjawab: “Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”
Tabib bertanya lagi dengan penuh heran “Menyakiti Layla? Mana bisa? Yang dibedah kan badanmu.” Majnun menjawab: “Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.” .......
(El Jalaluddin El Rumi)
Majnun memang majnun, majnun sangat dalam cintanya, terkurung dalam bahagianya sendiri dan telah terlarut dalam cintanya, seperti garam yang terlarut dalam air, saat engkau beri pewarna dalam air itu maka garam yg melebur dalam air itu akan berubah warna semuanya, garam dan air telah lebur menyatu, merusak salah satunya adalah merusak semuanya, ya itulah cinta sebenarnya.
Mari penuhilah hati kita hanya dengan rasa cinta……. Sehingga tidak ada runag lagi untuk kebencian dalm hati kita………
Ruang Tanya Jawab
T : Untuk siapa cinta kita seharusnya ditujukan?
J : Untuk Allah swt dan Rasulnya, orang tua kita serta seluruh makhluk ciptaan-Nya. Cinta Allah dan Rasulnya menyadarkan kita kepada hakikat dan tujuan hidup, cinta Orang tua untuk meraih ridho Ilahi dan cinta kepada seluruh makhluk membawa kita kepada kebaikan hidup.
Mohon maaf bila beberapa pertanyaan belum dapat ditayangkan, mengingat banyaknya pertanyaan yang diterima serta keterbatasan ruang
Ust. Baihaki Muslim
Pengasuh Klinik Bani SaidArsip Hikmah Baihaki